
Perdana Menteri Jepang Ishiba Shigeru. (foto CNA)
TAIPEI – portalbmi.id – Jepang tengah membangun hubungan yang lebih erat dengan beberapa sekutu diplomatik Taiwan yang tersisa, dengan tujuan untuk memperkuat nilai-nilai bersama dan melawan pengaruh global Beijing yang semakin meluas, demikian dilaporkan Nikkei Asia pada hari Rabu.
Perdana Menteri Ishiba Shigeru bertemu pada hari Selasa di Tokyo dengan Presiden Guatemala Bernardo Arevalo, yang negaranya merupakan salah satu dari 12 negara yang masih mengakui Taiwan atas Tiongkok. Para pemimpin mengumumkan kemitraan strategis baru dan menekankan komitmen mereka terhadap visi “Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka”, menurut CNA.
Jepang juga berjanji untuk mempromosikan investasi di Guatemala, tempat 24 perusahaan Jepang telah beroperasi, termasuk pembuat suku cadang mobil Yazaki. Arevalo, yang mengunjungi Taiwan sebelum perjalanannya ke Jepang, menegaskan kembali dukungannya untuk Taipei sambil menyatakan kehati-hatian atas tekanan Tiongkok yang semakin meningkat.
Tokyo mengatakan akan membantu para migran Guatemala yang kembali dari AS setelah kebijakan penegakan hukum yang lebih ketat di bawah Presiden Donald Trump. Dukungan tersebut merupakan bagian dari upaya Jepang yang lebih luas untuk menstabilkan dan memperkuat sekutu diplomatik ini secara ekonomi.
Minggu lalu, Ishiba bertemu dengan Perdana Menteri Eswatini Russell Dlamini, yang negaranya merupakan satu-satunya mitra diplomatik Taiwan di Afrika. Dlamini berterima kasih kepada Jepang atas bantuan tersebut dan menyatakan minatnya untuk menarik investasi lebih lanjut.
Pada bulan Mei, Ishiba bertemu dengan Presiden Paraguay Santiago Pena dan sepakat untuk meningkatkan hubungan menjadi kemitraan strategis. Kedua belah pihak mencapai kesepakatan awal untuk mendorong investasi Jepang dan mencabut persyaratan visa untuk kunjungan jangka pendek oleh warga Paraguay.
Pertemuan dengan Presiden Palau Surangel Whipps pada bulan Februari menyertakan bahasa yang menyebut Palau sebagai “mitra yang penting secara strategis”, yang tidak ada dalam pernyataan sebelumnya. Jepang semakin sering menggunakan terminologi tersebut saat mendekati sekutu Taiwan.
Beijing terus menekan negara-negara untuk beralih kesetiaan, dan berhasil meyakinkan Panama, Nikaragua, dan Honduras dalam beberapa tahun terakhir. Jepang memandang hubungan dengan negara-negara pro-Taiwan sebagai cara untuk melawan secara diplomatis dan menyoroti ancaman keamanan regional yang ditimbulkan oleh Tiongkok.
Negara-negara ini sering kali sejalan dengan kepentingan strategis Jepang dan tidak memiliki hubungan formal dengan Beijing, sehingga menciptakan peluang untuk kerja sama yang lebih dalam. Sebagai gantinya, mereka mengharapkan dukungan ekonomi yang lebih kuat, termasuk kemitraan perdagangan, investasi, dan infrastruktur.