
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Rosan Roeslani ( CEO ) berjalan usai bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (20/5/2025). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
JAKARTA – portalbmi.id – CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, Rosan Roeslani, mengungkapkan sekitar 20 persen dari portofolio investasi Danantara akan dialokasikan ke pasar luar negeri. Meski fokus utama tetap diarahkan ke dalam negeri dengan porsi 80 persen, peluang investasi global tetap menjadi pertimbangan. Danantara memiliki kapasitas pendanaan yang besar melalui skema leverage. Ia mencontohkan, jika Danantara memiliki modal ekuitas penuh sebesar USD 7 miliar, dana tersebut masih dapat dikalikan hingga lima kali lipat melalui mekanisme pembiayaan tambahan.
Oleh karena itu, dalam satu tahun, Danantara berpotensi mengelola dana investasi hingga USD 35 miliar. Jika dilakukan secara konsisten selama lima tahun, total dana investasi yang bisa dikelola mencapai USD 175 miliar.
“Kalau kita lihat, say kita punya USD 7 billion, itu full equity full money. Saya masih bisa leverage tuh. Saya bisa leverage, say 4-5 times. Taruh lah 5 kali, berarti kan itu USD 35 billion in 1 year. Kalau dalam waktu 5 tahun, ya, berarti 35 kali 5, dapat USD 175 billion every 5 years that I can use to invest. Again, to create more jobs,” ungkap Rosan di acara Entrepreneurial In Action di Universitas Paramadina, Jakarta, dikutip Minggu (15/6).
Menurutnya, investasi ini bisa jadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus menciptakan lapangan kerja berkualitas. Kemudian selain investasi, nilai tambah dari pengelolaan aset juga perlu dioptimalkan. Lebih lanjut, Danantara juga dipastikan akan menerima dividen sekitar USD 7 miliar pada tahun 2025. Angka itu setara Rp 114,121 triliun (kurs Rp 16.303). Dana tersebut akan dikelola untuk berinvestasi ke sejumlah sektor strategis yang dinilai mampu menciptakan lapangan kerja dan memberi imbal hasil ekonomis yang layak.
Rosan menegaskan bahwa dana yang dikelola Danantara bukan berasal dari PMN atau APBN, melainkan dari dividen BUMN yang sebelumnya masuk ke kas negara. Dividen tersebut kini dialihkan untuk diinvestasikan kembali dengan target imbal hasil minimal 10 persen.
Adapun sektor-sektor yang telah masuk dalam rencana investasi meliputi kesehatan, hilirisasi, infrastruktur digital, bahan industri, dan proyek pengolahan sampah menjadi energi (waste to energy).
Ia pun mengungkapkan bahwa Danantara saat ini membawahi 889 entitas perusahaan dengan total nilai aset yang dikelola mencapai Rp 15.000 triliun. “Jumlah SOI yang ada di kita sekarang, State Owned Enterprise (BUMN), totally to be precise 889 perusahaan yang ada sekarang di dalam buku kami. Makanya if you are combining all the total asset, then you end up with Rp 15.000 triliun,” tambah Rosan.