
Tradisi mubeng beteng tiap malam 1 Suro di Yogyakarta. Foto: Pandangan Jogja/Iqbaltwq
YOGYAKARTA – portalbmi.id – Malam 1 Suro tahun ini bertepatan dengan malam Jumat Kliwon, pada kalender Masehi bertepatan dengan Kamis (26/6) malam ini. Kombinasi Malam 1 Suro dan Jumat Kliwon ini hanya terjadi setiap delapan tahun sekali. Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Projo Suwasono, abdi dalem Keraton Yogyakarta yang juga salah satu panitia mubeng beteng, menjelaskan bahwa peristiwa ini sudah ditentukan dalam sistem penanggalan Sultan Agungan.
“1 Suro dan Jumat Kliwon baru akan bersamaan lagi itu 8 tahun lagi, itu sudah ditentukan di Penanggalan Sultan Agungan, itu sudah pasti,” kata KMT Projo Suwasono saat ditemui Pandangan Jogja, Selasa (24/6).

Ia menambahkan, dalam sistem tersebut terdapat delapan nama tahun yang berputar secara siklik: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. Karena itu, posisi hari dalam setiap pergantian 1 Suro selalu berubah setiap tahunnya.
Abdi dalem lain, Isdarmoko, mengatakan bahwa malam 1 Suro sudah lama dianggap istimewa oleh masyarakat Yogyakarta. Sebagian menyebut malam tersebut sebagai dino angker atau hari keramat. Namun ia mengingatkan agar pemahaman ini tidak dikaitkan dengan praktik yang bertentangan dengan ajaran agama.
“Memang berkembang ya di masyarakat ya khususnya di Yogyakarta sudah dianggap sebagai sesuatu yang istimewa kemudian Malam Jumat Kliwon itu juga dianggap hari yang sangat khusus bahkan ada yang menyampaikan itu hari keramat atau dino angker,” kata Isdarmoko.
“Nanti jangan sampai timbul ‘wah masyarakat Jogja kok koyo mistis ya’, apalagi nanti dibenturkan dengan agama ‘wah berarti ini musyrik’, jelas ini paham yang keliru,” lanjutnya.
Menurutnya, malam 1 Suro merupakan waktu yang tepat untuk membersihkan diri secara lahir dan batin. Kegiatan seperti mocopatan (membaca tembang berisi doa dan ajaran moral) dipandang sebagai bentuk penyambutan tahun baru Jawa yang positif.
“Kita isi malam itu dengan hal-hal yang baik, yang positif, dengan doa-doa,” ujarnya.