
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan istrinya Brigitte Macron. Foto: Gonzalo Fuentes/REUTERS
PARIS – portalbmi.id – Presiden Emmanuel Macron mengumumkan rencana Prancis mengakui kedaulatan Palestina sebagai sebuah negara pada September mendatang. Macron berharap langkah Prancis diikuti negara lain.
Rencananya pengakuan bersejarah ini akan diumumkan Macron secara resmi di hadapan Sidang Majelis Umum PBB di New York. Keinginan Macron itu disambut positif berbagai negara dunia, salah satunya Pemerintah Indonesia.
Apa alasan Macron mengakui kedaulatan Palestina?
Rencana pengakuan tersebut tepatnya disampaikan kepala negara Prancis itu pada Kamis (24/7), tepat saat mata dunia tertuju ke Gaza. Serangan dua tahun Israel ke Gaza memperparah kondisi kemanusiaan di sana.
Bahkan berbagai organisasi internasional, LSM, sampai negara-negara, memperingatkan bahwa Gaza akan mengalami kelaparan massal.
Oleh karena itu, diprediksi Prancis memandang sekarang waktunya mereka mengakui Palestina. Meski demikian, rencana mereka menuai kecaman dari Amerika Serikat (AS) dan Israel yang telah lama menjadi sekutu dekat Prancis.

“Rasa urgensi mungkin telah mendorong presiden untuk bergerak maju sendiri,” kata mantan duta besar Prancis untuk Israel Gerard Araud seperti dikutip dari AFP.
Pemerhati kemanusiaan asal Prancis, David Khalfa, punya pandangan hampir serupa dengan Araud perihal kenapa negaranya memilih mengakui Palestina dalam waktu dekat.
“Di samping krisis kemanusiaan dan deklarasi mengejutkan dari sejumlah menteri di Israel perihal nasib warga Gaza yang mereka inginkan, iklim politik Prancis mungkin mempengaruhi Macron,” kata Khalfa.
Laporan kantor berita AFP, perang Gaza telah membuat tensi politik di Prancis naik. Hal itu disebabkan perbedaan pendapat mendalam baik warga mau pun politikus di Prancis soal isu Gaza.
Prancis diketahui negara dengan populasi umat Islam terbesar di Uni Eropa. Saat bersamaan populasi Yahudi terbesar di luar Israel dan AS berada pula di Prancis.

Adapun Prancis dikenal pula sebagai negara yang vokal mendukung ide solusi dua negara demi menyelesaikan krisis Palestina-Israel.
Macron pun awalnya menginginkan pengakuan Prancis akan diikuti negara-negara lain . Hal itu, diharapkan Macron terwujud bersamaan dengan normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Muslim serta Timur Tengah, termasuk yang paling berpengaruh yaitu Arab Saudi.
Menurut seorang analis dari Prancis, Amelie Ferey, gagasan awal Macron ternyata tidak berjalan mulus. Belum ada negara-negara lain yang berencana mengakui Palestina, malah Israel makin gencar mengupayakan normalisasi,
Ferey lalu menganalisa langkah Macron. Dia menyebut, Macron percaya pengakuan di hadapan Majelis Umum PBB akan lebih mudah mempengaruhi negara lain untuk juga mengakui Palestina.
“Idenya adalah memiliki waktu lebih dari sebulan untuk berpotensi menggalang dukungan dari negara-negara lain guna membuat pengumuman yang lebih besar di New York,” kata Ferey, seorang analis di Institut Hubungan Internasional Prancis.
“Inggris dan Kanada mungkin bisa mengikuti langkah ini,” tambahnya.