
Huawei Kuasai Pasar Smartphone China Apple Terdepak ke Posisi Kelima
CHINA – portalbmi.id – Dominasi merek lokal di pasar smartphone terbesar dunia kembali terbukti. Huawei kuasai pasar smartphone China pada kuartal kedua 2025, menggeser posisi Apple yang sebelumnya sempat berada di jajaran atas. Menurut laporan riset terbaru dari Canalys, Huawei berhasil mencatat pengiriman sebanyak 12,2 juta unit, yang mengokohkannya sebagai pemimpin pasar dengan 18% pangsa pasar.
Kembalinya Huawei ke posisi puncak bukanlah kejutan bagi sebagian pengamat industri. Langkah strategis Huawei melalui peluncuran seri Nova 14 dan peningkatan sistem operasi HarmonyOS 5.0 dinilai sangat efektif dalam merebut hati konsumen domestik. Sementara itu, Apple harus puas turun ke posisi kelima, dengan pengiriman hanya 10,1 juta unit, terpaut cukup jauh dari rival-rival lokalnya.
Kebangkitan Huawei Usai Sanksi AS
Kabar bahwa Huawei kuasai pasar smartphone China menjadi penanda kebangkitan perusahaan setelah sempat mengalami tekanan hebat akibat sanksi perdagangan dari Amerika Serikat. Pada periode 2020–2022, Huawei praktis mengalami penurunan tajam akibat pembatasan akses terhadap chip dan teknologi penting lainnya. Namun, sejak akhir 2023, Huawei mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan berkat pengembangan ekosistem mandiri.
Lucas Zhong, Analis Canalys, menyatakan bahwa keberhasilan Huawei tidak hanya didukung oleh strategi produk, namun juga kekuatan ekosistem. “Huawei mempercepat adopsi HarmonyOS 5.0 dan memanfaatkan momentum nasionalisme teknologi di China. Ini memperluas basis pengguna sekaligus memperkuat loyalitas,” ungkapnya.
Tidak hanya dari sisi sistem operasi, Huawei juga sukses membangun kembali rantai pasok dan manufaktur dengan menggandeng mitra lokal seperti SMIC untuk pengembangan chip. Hal ini memberikan keunggulan kompetitif saat brand global menghadapi kendala suplai dan regulasi yang ketat di Tiongkok.
Posisi Brand Lain: Vivo dan OPPO Terkunci Persaingan Ketat
Setelah Huawei kuasai pasar smartphone China, posisi kedua ditempati vivo dengan pengiriman 11,8 juta unit atau 17% pangsa pasar. Disusul oleh OPPO dan sub-brand OnePlus di posisi ketiga dengan 10,7 juta unit (16%). Ketiga brand ini bersaing ketat dengan selisih tipis, mencerminkan betapa dinamisnya pasar smartphone di negeri Tirai Bambu tersebut.
Xiaomi, yang berada di posisi keempat, mencatat pertumbuhan berkelanjutan selama delapan kuartal berturut-turut. Walaupun pengiriman unitnya sedikit lebih rendah dibanding pesaing lain, Xiaomi mendapat pujian atas strategi harga kompetitif dan inovasi berkelanjutan seperti seri Redmi K dan Xiaomi 15 Pro.
Menurut data Canalys, lima besar penguasa pasar smartphone China saat ini terdiri dari:
- Huawei – 18% (12,2 juta unit)
- vivo – 17% (11,8 juta unit)
- OPPO/OnePlus – 16% (10,7 juta unit)
- Xiaomi – 15% (10,3 juta unit)
- Apple – 15% (10,1 juta unit)
Kehadiran lima merek besar ini menciptakan kompetisi yang intens, namun dominasi lokal sangat jelas terlihat.
Apple Hadapi Tantangan Besar
Penurunan Apple ke posisi kelima merupakan penurunan yang signifikan dibandingkan beberapa kuartal sebelumnya. Meskipun iPhone tetap menjadi produk premium yang diminati sebagian konsumen, kehadiran produk lokal dengan fitur canggih dan harga yang lebih kompetitif menjadi tantangan besar.
Analis menilai bahwa Apple kehilangan daya saing pada segmen menengah, yang justru sangat dominan di pasar Tiongkok. Sementara iPhone masih kuat di kalangan pengguna premium, brand seperti Huawei, Xiaomi, dan OPPO berhasil menghadirkan performa sebanding dengan harga lebih terjangkau.
Langkah Apple yang belum juga membuka layanan Apple Pay di seluruh wilayah China juga dikritik sebagai ketertinggalan strategi lokalisasi. Di sisi lain, Huawei dan Xiaomi gencar mengintegrasikan pembayaran digital, AI, dan smart ecosystem yang sangat terhubung dengan kebiasaan masyarakat lokal.
HarmonyOS 5.0, Kunci Keberhasilan Huawei
Salah satu pendorong utama keberhasilan Huawei adalah sistem operasi miliknya, HarmonyOS 5.0. Versi terbaru ini hadir dengan peningkatan performa signifikan, antarmuka yang lebih intuitif, dan integrasi menyeluruh antar-perangkat Huawei, termasuk smartphone, tablet, laptop, dan wearable.
Dengan pendekatan “1+8+N ecosystem”, Huawei membangun pengalaman pengguna yang terhubung secara seamless. HarmonyOS tidak lagi bergantung pada aplikasi Android, dan kini telah memiliki lebih dari 500 juta pengguna aktif di China, menjadikannya sebagai kekuatan OS domestik yang tidak bisa diremehkan.
Salah satu keunggulan HarmonyOS 5.0 adalah efisiensi energi yang lebih baik dan responsivitas sistem yang tinggi. Ini sangat diapresiasi di tengah tuntutan pengguna terhadap daya tahan baterai dan performa multitasking.
Nasionalisme Teknologi dan Dukungan Pemerintah
Faktor penting lain mengapa Huawei kuasai pasar smartphone China adalah tingginya semangat nasionalisme teknologi di kalangan konsumen lokal. Sejak diberlakukan sanksi AS, dukungan terhadap produk lokal meningkat secara signifikan. Banyak konsumen dan bahkan institusi pemerintah mendorong penggunaan perangkat buatan dalam negeri.
Tak hanya itu, Pemerintah Tiongkok melalui berbagai regulasi juga memberikan insentif kepada pelaku industri teknologi dalam negeri, termasuk dalam hal pengadaan, R&D, dan manufaktur. Huawei menjadi penerima manfaat langsung dari kebijakan ini.
Strategi Penjualan Agresif dan Distribusi Luas
Huawei juga menunjukkan agresivitas dalam penjualan offline dan online. Melalui kerja sama dengan distributor lokal, platform e-commerce seperti JD.com dan Tmall, serta promosi intensif di media sosial China seperti Weibo dan Douyin, Huawei mampu menjangkau lebih banyak konsumen dengan kecepatan tinggi.
Huawei Nova 14, yang menjadi salah satu produk andalan di kuartal ini, dipasarkan dengan harga kompetitif dan spesifikasi yang impresif seperti kamera 100MP, prosesor Kirin terbaru, dan konektivitas 5G dual-mode.
Xiaomi: Pemain Stabil dengan Inovasi Konsisten
Meski tak memuncaki klasemen, Xiaomi tetap menjadi salah satu merek paling stabil. Dalam delapan kuartal berturut-turut, perusahaan ini terus mencatat pertumbuhan, berkat strategi kombinasi antara flagship dan entry-level yang cerdas. Seri Redmi dan POCO memainkan peran penting dalam penetrasi pasar di daerah rural maupun urban.
Xiaomi juga aktif dalam pengembangan AIoT (Artificial Intelligence of Things), dengan smart home device, TV, dan wearable yang kompatibel dengan smartphone-nya. Strategi ini membuat Xiaomi menjadi lebih dari sekadar produsen ponsel—melainkan penyedia ekosistem digital menyeluruh.
OPPO dan vivo: Bertahan Lewat Inovasi Kamera
OPPO dan vivo, dua merek yang berada di bawah payung BBK Group, masih mempertahankan posisinya melalui inovasi di sektor kamera dan desain. Seri seperti OPPO Find X7 dan vivo X100 membawa fitur AI photography dan sensor kelas profesional yang menarik minat pengguna muda.
Kedua brand ini juga gencar menghadirkan fitur gaming dan pengisian daya super cepat, dua hal yang sangat dicari oleh pengguna smartphone aktif di Tiongkok. Namun, tekanan dari Huawei dan Xiaomi tetap menjadi tantangan utama mereka.
Masa Depan: Huawei Diprediksi Akan Meningkatkan Dominasi
Dengan tren dan momentum saat ini, banyak analis memperkirakan bahwa Huawei kuasai pasar smartphone China bukanlah fenomena sementara. Huawei dikabarkan tengah menyiapkan peluncuran smartphone flagship dengan chip buatan sendiri, serta ekspansi HarmonyOS ke lebih banyak perangkat IoT.
Selain itu, Huawei juga mempersiapkan ekspansi ke pasar internasional yang lebih luas, terutama di negara-negara berkembang yang mencari alternatif dari ekosistem Android dan iOS.
Jika strategi ini berjalan lancar, Huawei berpotensi tidak hanya menjadi raja di China, tetapi juga menantang dominasi global dalam waktu dekat.
Penutup: Lanskap Smartphone China 2025 yang Berubah Drastis
Data terbaru menunjukkan bahwa lanskap smartphone di China telah berubah drastis dibanding dua atau tiga tahun lalu. Kepercayaan terhadap merek lokal meningkat, strategi diferensiasi produk semakin tajam, dan ekosistem digital menjadi senjata utama.
Fakta bahwa Huawei kuasai pasar smartphone China menjadi cermin bahwa inovasi, keberanian dalam menghadapi tantangan, dan koneksi dengan kebutuhan konsumen lokal adalah kunci utama dalam merebut pasar. Sementara itu, brand global seperti Apple kini dituntut untuk beradaptasi lebih cepat jika tak ingin terus tergeser dari pasar smartphone terbesar di dunia ini.