
Ilustrasi kapal tanker minyak. Hussein Faleh/AFP Foto: HUSSEIN FALEH/AFP
JAKARTA – PORTALBMI.ID – Irak memperkirakan ekspor minyak dari wilayah Kurdistan akan kembali berjalan secepatnya pekan ini setelah dua tahun terhenti, setelah tercapai kesepakatan penting dengan para produsen, menurut keterangan Menteri Luar Negeri Irak.
Mengutip Bloomberg, aliran minyak melalui pipa utama Ceyhan dari Kurdistan ke pantai Mediterania Turki diperkirakan akan kembali dimulai kemungkinan besar pekan ini kata Menteri Luar Negeri Fuad Hussein dalam wawancara di New York, Rabu malam.
Ia menambahkan, Baghdad juga telah memulai negosiasi dengan Turki untuk perjanjian pipa baru karena perjanjian saat ini akan berakhir tahun 2026.
Pengaktifan kembali ekspor ini akan menjadi keuntungan bagi Irak, karena penghentian pipa tersebut telah membuat negara kehilangan miliaran dolar pendapatan.
Irak adalah produsen minyak terbesar kedua OPEC, memompa sebagian besar minyaknya dari wilayah selatan, dan berambisi meningkatkan produksi demi menambah devisa setelah bertahun-tahun konflik dan masalah dalam negeri.
Terobosan dalam negosiasi antara Baghdad, pemerintah Kurdistan, dan para produsen minyak di wilayah semi-otonom itu akan memungkinkan sekitar 230.000 barel minyak per hari mengalir ke pasar internasional, kata Hussein.
Jumlah tersebut bisa meningkat hingga 400.000 hingga 500.000 barel per hari dengan adanya investasi dan peningkatan produksi dari ladang-ladang baru di Kurdistan, tambahnya.
Dimulainya kembali ekspor dari Irak akan memasok lebih banyak minyak ke pasar global pada saat pasokan dunia sedang melimpah.
Delapan perusahaan minyak yang menyumbang lebih dari 90 persen produksi wilayah Kurdistan telah mencapai kesepakatan prinsip yang menjamin pembayaran kepada perusahaan-perusahaan tersebut, menurut pernyataan bersama para perusahaan, Rabu.
“Pemerintah daerah Kurdistan menyatakan telah menandatangani perjanjian dengan semua perusahaan, kecuali produsen terbesar di wilayah itu, DNO ASA, dan masih menunggu persetujuan Kementerian Minyak Irak,” tulis laporan Bloomberg seperti yang dikutip kumparan, Kamis (25/9).
Ekspor akan kembali dimulai sementara pejabat Irak akan bertemu dengan DNO dalam beberapa hari ke depan, kata Hussein. Dukungan DNO penting karena akan menambah volume produksi dan lebih banyak minyak bisa diekspor.
Seorang pejabat di Turki sebelumnya menyatakan negara itu tidak akan menghalangi aliran minyak setelah semua pihak di Irak mencapai kesepakatan.
Irak kehilangan pendapatan sekitar 22 hingga 25 miliar dolar AS akibat penghentian pipa, kata Hussein, naik dari laporan kerugian sebelumnya sebesar 19 miliar dolar pada Februari lalu.
Kesepakatan ini mengakhiri gangguan pasokan yang berlangsung panjang sejak Maret 2023, saat Turki menutup pipa menyusul keputusan arbitrase.
Upaya pembukaan kembali pipa sebelumnya terganjal masalah hukum dan keuangan, termasuk tuntutan perusahaan minyak akan pelunasan tunggakan dan kejelasan soal pembayaran di masa depan.