
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Tatang Muttaqin (tengah), bersama Direktur PKPLK, Saryadi, dalam diskusi di Jakarta, Jumat (18/7/2025). Dok KemendikdasmenSumber Artikel berjudul " Pendidikan Jarak Jauh Disiapkan untuk Anak Pekerja Migran ", selengkapnya dengan link: https://www.pikiran-rakyat.com/news/pr-019512786/pendidikan-jarak-jauh-disiapkan-untuk-anak-pekerja-migran
JAKARTA – portalbmi.id – Pemerintah tengah menyiapkan peta jalan penerapan kebijakan pendidikan jarak jauh (PJJ) untuk perluasan akses bagi anak usia sekolah. Sebagai tahap awal, akan dilakukan uji terap PJJ di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK).
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Tatang Muttaqin, mengatakan, SIKK dipilih untuk uji terap PJJ ini, karena menjadi salah satu Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) dengan jumlah murid terbesar dibandingkan 12 SILN lainnya. SIKK juga memiliki jenjang pendidikan yang lengkap, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, hingga SMK.
Selain itu, SIKK merupakan sekolah induk bagi 225 community learning center (CLC) dengan jumlah siswa mencapai belasan ribu siswa, baik yang berada di dalam ladang maupun di luar ladang.
“Para siswa CLC ini merupakan anak pekerja migran Indonesia, seperti buruh ladang sawit, perkebunan, buruh bangunan, asisten rumah tangga, dan sebagainya,” ujar Tatang, Senin, 21 Juli 2025. CLC sendiri merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk atas dasar prakarsa dari, oleh, dan untuk masyarakat setempat, khususnya perusahaan perkebunan sawit, juga masyarakat lokal setempat di Sabah-Sarawak, serta didukung dan dibina oleh Pemerintah Indonesia.
Menurut Tatang, saat ini banyak anak PMI yang tidak bisa melanjutkan pendidikan karena berbagai alasan, mulai dari terbatasnya daya tampung SMA/SMK di SIKK, hingga tidak memiliki dokumen izin tinggal serta akses yang terlalu jauh ke SIKK.
“Kami berharap strategi pendidikan jarak jauh ini dapat membantu anak-anak kita yang ada di CLC ini dan mendorong anak putus sekolah untuk mengikuti pendidikan jarak jauh,” kata Tatang. Sementara itu, Direktur Direktorat Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK), Saryadi, menyampaikan bahwa pascauji terap PJJ yang dilakukan di SIKK, rencananya PJJ secara bertahap akan direplikasi untuk sekolah-sekolah lainnya, terutama pada daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
Model PJJ jenjang menengah yang dikembangkan ini akan dilakukan dengan blended learning system. Terkait uji terap PJJ melalui SMA terbuka jarak jauh di SIKK, Direktorat PKPLK akan bekerja sama dengan SMAN 2 Padalarang sebagai pendamping pembelajaran serta pengembangan modul adaptif serta dukungan teknis dan mentoring.
“Kami juga bekerja sama dengan universitas terbuka untuk penjaminan mutu sistem PJJ serta supervisi, dan Seamolec, untuk pengembangan teknologi PJJ dan peningkatan kapasitas guru,” kata Saryadi. Anak tidak sekolah Tatang mengatakan, saat ini masih terdapat anak usia sekolah yang tidak sekolah (ATS) dengan berbagai latar kondisi, mulai dari ekonomi, sosial, hingga geografis. Mereka kesulitan untuk menjangkau fasilitas layanan pendidikan, seperti anak-anak di daerah 3T.
Oleh karena itu, ruang lingkup pendidikan layanan khusus yang menjadi salah satu tugas PKPLK adalah untuk menjangkau apa yang selama ini tidak terjangkau dan melayani yang belum terlayani. “Misalnya, anak-anak buruh migran, atau mereka yang ada di daerah 3T, perbatasan, anak-anak suku pedalaman, sampai anak-anak korban bencana, baik bencana alam maupun bencana sosial,” ujar Tatang.
Tatang mengatakan, pihaknya terus berupaya untuk mendorong partisipasi semesta untuk menjangkau kelompok marjinal dan anak-anak di daerah 3T tersebut melalui pelibatan pemerintah daerah, relawan pendidikan, komunitas masyarakat, hingga perguruan tinggi.